OMAH

Jumat, 14 Oktober 2011

Seputar Tentang Aksara Jawa

Huruf dasar (aksara nglegena)

Pada aksara Jawa hanacaraka baku terdapat 20 huruf dasar (aksara nglegena), yang biasa diurutkan menjadi suatu "cerita pendek":


























Huruf pasangan (Aksara pasangan)

Pasangan dipakai untuk menekan vokal konsonan di depannya. Sebagai contoh, untuk menuliskan mangan sega (makan nasi) akan diperlukan pasangan untuk "se" agar "n" pada mangan tidak bersuara. Tanpa pasangan "s" tulisan akan terbaca manganasega (makanlah nasi).
Tatacara penulisan Jawa Hanacaraka tidak mengenal spasi, sehingga penggunaan pasangan dapat memperjelas kluster kata.
Berikut ini adalah daftar pasangan:


























Huruf utama (aksara murda)

Pada aksara hanacaraka memiliki bentuk murda (hampir setara dengan huruf kapital) yang seringkali digunakan untuk menuliskan kata-kata yang menunjukkan nama gelar, nama diri, nama geografi, nama lembaga pemerintah, dan nama lembaga berbadan (Kata-kata dalam Bahasa Indonesia yang menunjukkan hal-hal diatas biasanya diawali dengan huruf besar atau kapital. Untuk itulah pada perangkat lunak ini kita gunakan huruf kapital untuk menuliskan aksara murda atau pasangannya)
Berikut ini adalah aksara murda serta pasangan murda:
























Huruf Vokal Mandiri (aksara swara)







Aksara swara
Javanese script - A.png
A
Javanese script - E.png
E
Javanese script - I.png
I
Javanese script - O.png
O
Javanese script - U.png
U

Huruf tambahan (aksara rèkan)







Aksara rèkan
Javanese script - Gha.png
Gha
Javanese script - Fa.png
Fa / Va
Javanese script - Kha.png
Kha
Javanese script - Dza.png
Dza
Javanese script - Za.png
Za

Huruf Vokal tidak Mandiri (sandhangan)







Nama Sandhangan Aksara Jawa Keterangan
Wulu
Javanese script - Wulu.png
tanda vokal i
Suku
Javanese script - Suku.png
tanda vokal u
Taling
Javanese script - Taling.png
tanda vokal é
Pepet
Javanese script - Pepet.png
tanda vokal e
Taling Tarung
Javanese script - Taling tarung.png
tanda vokal o
Layar
Javanese script - Layar.png
tanda ganti konsonan r
Wignyan
Javanese script - Wignyan.png
tanda ganti konsonan h
Cecak
Javanese script - Cecak.png
tanda ganti konsonan ng
Pangkon
Javanese script - Pangkon.png
tanda penghilang vokal
Péngkal
Javanese script - Pengkal.png
tanda ganti konsonan ya
Cakra
Javanese script - Cakra.png
tanda ganti konsonan ra
Cakra keret
Javanese script - Cakra keret.png
tanda ganti konsonan re

Tanda-tanda Baca (pratandha)

Pratandha.png

Gaya Penulisan (Style, Gagrag) Aksara Jawa

Berdasarkan Bentuk aksara Penulisan aksara Jawa dibagi menjadi 3 yakni:
  • Ngetumbar
Aj-ngtmbr.png
  • Mbata Sarimbag
Aj-bs.png
  • Mucuk eri


Berdasarkan Daerah Asal Pujangga/Manuskrip, dikenal gaya penulisan aksara Jawa :
  • Jogjakarta
Aj-jogja.png
  • Surakarta
Aj-solo.png
  • Lainnya
Aj-ngtmbr.png

Aturan baku penggunaan hanacaraka

Penggunaan (pengejaan) hanacaraka pertama kali dilokakaryakan pada tahun 1926 untuk menyeragamkan tata cara penulisan menggunakan aksara ini, sejalan dengan makin meningkatnya volume cetakan menggunakan aksara ini, meskipun pada saat yang sama penggunaan huruf arab pegon dan huruf latin bagi teks-teks berbahasa Jawa juga meningkat frekuensinya. Pertemuan pertama ini menghasilkan Wewaton Sriwedari ("Ketetapan Sriwedari"), yang memberi landasan dasar bagi pengejaan tulisan. Nama Sriwedari digunakan karena lokakarya itu berlangsung di Sriwedari, Surakarta. Salah satu perubahan yang penting adalah pengurangan penggunaan taling-tarung bagi bunyi /o/. Alih-alih menuliskan "Ronggawarsita" (bentuk ini banyak dipakai pada naskah-naskah abad ke-19), dengan ejaan baru penulisan menjadi "Ranggawarsita", mengurangi penggunaan taling-tarung.
Modifikasi ejaan baru dilakukan lagi tujuh puluh tahun kemudian, seiring dengan keprihatinan para ahli mengenai turunnya minat generasi baru dalam mempelajari tulisan hanacaraka. Kemudian dikeluarkanlah Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga gubernur (Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur) pada tahun 1996 yang berusaha menyelaraskan tata cara penulisan yang diajarkan di sekolah-sekolah di ketiga provinsi tersebut.
Tonggak perubahan lainnya adalah aturan yang dikeluarkan pada Kongres Basa Jawa III, 15-21 Juli 2001 di Yogyakarta. Perubahan yang dihasilkan kongres ini adalah beberapa penyederhanaan penulisan bentuk-bentuk gabungan (kata dasar + imbuhan).

Perubahan Aksara Pallawa ke Aksara-Aksara Nusantara




Perubahan Aksara Pallawa
(sumber: wikipedia.org dengan perubahan)